Sebanyak 38 anggota pramuka penegak dan pandega dari Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten mengikuti pelatihan digital farming di ATP IPB, Jumat (8/10/2024). Pelatihan ini diawali dengan materi mengenai sistem budidaya hidroponik di dalam greenhouse. Para peserta yang tergabung dalam Kelompok Tani Muda Pramuka ini diharapkan mampu mengadopsi teknologi pertanian moderen yang mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam ketahanan pangan dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Pengenalan teknologi ini menjadi langkah awal yang penting untuk regenerasi petani muda di Indonesia, membekali mereka dengan keterampilan yang relevan untuk masa depan.
Dalam sesi pelatihan, peserta diperkenalkan dengan berbagai aspek penting dalam operasional greenhouse, termasuk manajemen suhu, pencahayaan, dan pengendalian kelembapan. Greenhouse ini memainkan peran vital dalam menjaga kualitas hasil tanam serta memungkinkan budidaya sepanjang tahun tanpa terpengaruh cuaca eksternal. Selain itu, teknik hidroponik dipelajari sebagai metode bercocok tanam tanpa tanah, di mana nutrisi tanaman disuplai melalui larutan kaya gizi. Metode ini efisien dalam penggunaan air dan lahan, sejalan dengan prinsip SDGs untuk efisiensi sumber daya.
Instruktur pelatihan juga membahas sistem irigasi drip, yang terkenal hemat air dan efektif dalam mengatur pasokan nutrisi ke tanaman secara presisi. Teknologi ini membantu petani memaksimalkan hasil produksi dengan meminimalkan penggunaan air, cocok untuk pertanian di lahan terbatas. Tidak hanya itu, peserta diberikan wawasan tentang budidaya ikan sebagai bagian dari sistem akuaponik terpadu. Sistem ini memadukan budidaya tanaman dan ikan dalam satu ekosistem, di mana limbah ikan diubah menjadi nutrisi untuk tanaman, menciptakan siklus yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Materi pelatihan juga mencakup praktik budidaya organik yang menekankan penggunaan pupuk alami dan pengendalian hama non-kimia. Pendekatan ini semakin populer karena meningkatkan kesadaran akan pentingnya pangan sehat dan keberlanjutan lingkungan. Penerapan metode organik ini mendorong anggota pramuka untuk memperhatikan aspek ekologi dalam setiap tahap produksi pertanian, sesuai dengan prinsip SDGs yang mengutamakan kelestarian ekosistem dan kesejahteraan jangka panjang.
Sebagai bagian penutup, pelatihan ini juga mengenalkan konsep plant factory, yaitu fasilitas pertanian tertutup yang memanfaatkan teknologi pencahayaan LED dan kontrol iklim penuh. Konsep ini memungkinkan produksi tanaman dengan kualitas dan kuantitas yang terkontrol secara optimal. Dr. Supriyanto, Asisten Direktur Layanan Agromaritim dan Digital Farming DPMA IPB, menyampaikan, “Anggota pramuka memiliki potensi besar untuk menjadi trainer di bidang digital farming, mengingat semangat belajar mereka yang tinggi. Kami berharap peserta dapat mengimplementasikan teknologi ini di komunitas mereka dan menjadi pelopor dalam menciptakan solusi pertanian modern di era digital.” Instruktur lainnya, seperti Ananda Putra, S.T, Jasmine Tasmara, S.T, Slamet, dan Duanti Milta Duari, S.TP, turut berperan aktif dalam memberikan pelatihan yang komprehensif kepada para peserta.
Redaksi (ANAN).