CEO School Ekspedisi Patriot hari pertama bekali skema OVOC kepada 223 mahasiswa dan 57 dosen pendamping, di Kampus IPB Dramaga, Bogor (28/07/2025).
Kegiatan ini menghadirkan Dr Handian Purwawangsa, Direktur Pengembangan Masyarakat Agromaritim sekaligus penggagas inisiatif One Village One Product (OVOC).
Menurutnya, pembekalan ini bertujuan membekali Tim Ekspedisi Patriot (TEP) sebelum terjun menjalankan misi pengabdian selama empat bulan di wilayah transmigrasi.
Dr Handian memaparkan bahwa OVOC bukan sekadar mendorong desa memiliki produk unggulan, tetapi juga membangun pola pikir kewirausahaan dan kepemimpinan inovatif di tingkat akar rumput.
“Dengan pendekatan ini, setiap desa diharapkan mampu mengembangkan identitas ekonominya, membuka akses pasar, dan membangun jejaring kemitraan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Ia menambahkan, OVOC dirancang sebagai strategi pemberdayaan terpadu berbasis potensi lokal. Integrasi teknologi, riset lapangan, dan kearifan lokal menjadi kunci keberhasilan.
Hingga kini, program telah menjangkau 80 desa dari target 1.000 desa mandiri di seluruh Indonesia.
Beberapa desa telah sukses mengembangkan komoditas seperti pinang dan kelapa untuk pasar ekspor berkat riset mendalam dan kolaborasi erat antara akademisi, praktisi, dan masyarakat.
Baca juga: CEO School, Komitmen IPB University dalam Meningkatkan Kapasitas Tim Ekspedisi Patriot
Diskusi pada hari pertama juga menyoroti peran lintas sektor. Termasuk peran pemerintah pusat, kementerian terkait, dan pemerintah daerah. Untuk memastikan dukungan infrastruktur, pendidikan, penyelesaian masalah lahan, serta penguatan kapasitas transmigran.
Disisi lain, Kementerian Perhubungan berperan dalam menekankan pentingnya transparansi, integrasi sosial, dan investasi lahan publik untuk pengembangan industri.
Sementara itu, Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim berperan dalam memperluas kemitraan dengan 17 perusahaan, mengembangkan inovasi pertanian digital, dan mempromosikan agrowisata sebagai penggerak ekonomi desa.

Lebih jauh, OVOC juga berfungsi sebagai katalis untuk membangun ekosistem bisnis yang berkelanjutan di desa-desa transmigrasi.
Melalui pendampingan intensif, pelatihan teknologi digital, dan pembukaan akses pasar, desa diharapkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru yang mampu mengurangi ketimpangan wilayah dan memperkuat ketahanan sosial.
Partisipasi aktif mahasiswa dan dosen pendamping dalam program ini diharapkan tidak hanya memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat sasaran, tetapi juga memperkaya pengalaman akademik dan keterampilan kepemimpinan peserta.
CEO School Ekspedisi Patriot menjadi ruang pembelajaran yang membentuk generasi muda berkarakter, adaptif, dan siap menghadapi tantangan pembangunan desa di era modern.
Baca juga: CEO School Ekspedisi Patriot IPB, Kementrans RI Ungkap Konsep “Living The Margins” untuk Gali Potensi Lokal
Sebagai langkah lanjutan, peserta akan mengikuti sesi-sesi tematik yang membahas pemetaan wilayah sosial-spasial, penguatan kapasitas produksi, hingga strategi pemasaran berbasis teknologi.
Melalui kurikulum yang dirancang secara aplikatif serta keterlibatan pakar lintas bidang, seluruh tim diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh untuk menghasilkan inovasi nyata di lapangan.
Pendekatan berkelanjutan ini menjadi kunci agar hasil pemberdayaan tidak berhenti saat program selesai, melainkan terus berkembang sebagai motor penggerak ekonomi desa. (*/wso)(aar)

Comments are closed